Friday, June 29, 2012

Doa Ketika Dukacita dan sedih

Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak kepada hambaMu, anak kepada hamba perempuanMu, ubun-ubunku di tanganMu, terlaksana ke atasku hukumanMu dan adil kehakimanMu terhadapku, aku memohon kepadaMu dengan setiap nama yang Engkau namakan dengannya diriMu, atau Engkau turunkan di dalam kitabMu, atau Engkau telah mengajarnya kepada seseorang daripada makhlukMu atau yang tersembunyi pada ilmu ghaib di sisiMu, jadikanlah Al-Quran penenang hatiku, cahaya di dadaku, penghapus kedukaanku dan penghilang kesusahanku.


sebuah Kajian Kitab 'Tafsir Pase'

Tafsir Pase
Latar Belakang Judul
Latar belakang judul buku ini diilhami oleh nama sebuah Kerajaan Islam/Daulah Kesultanan Samudera Pase atau lebih popular dengan Kesultanan Islam Samudera Pase. Dinamakan Kesultanan Samudera Pase karena kesultanan tersebut terletak di kampong Kuta Krueng atau Kotakarang di tepi sungai Krueng Pase dalam wilayah Kecamatan Samudra Geudong, sekarang termasuk dalam kawasan Kaupaten Aceh Utara, kurang lebih 14 kilometer sebelah timur kota Lhok Seumawe.
            Sultan pertama kesultanan ini bernama Sultan Johan Syah yang dinobatkan pada tahun 1205 Masehi. Ia berasal dari Malabar, India dan terkenal sebagai pendiri Daulah/Kerajaan Pase. Setelah Sultan johan Syah, kesultanan Pase dipimpin oleh Malikus-salih (Meurah Silu), tahun 1291-1297. Pada masa Malikus-Salih, kesultanan Pase dipersatukan dengan Perlak (Aceh:Peureulak) menjadi satu kesultanan, yaitu Kesultanan Islam Samudra Pase yang luass wilayahnya dari Tamiang (Kuala Simpang) ke Krueng Ulim (Samalanga) dengan ibukotanya Samudra. Kemudian Sultan Malikus-Saleh secara berturut-turut digantikan oleh Malikus-Zahir I (1297-1326), Malik az Zahir II (1326-1348), Sultan Zainal Abidin (1350. Dan Sultan Iskandar Shah (1412). Setelah itu kesultanan Samudera Pase mulai goyah akibat serangan dari luar, seperti serangan dari Siam, Majapahit dan Nakur. Kesultanan Samudra Pase berakhir pada tahun 1524. Usia Kesultanan ini sekitar tiga abad lamanya. Selama tiga abad itu, Kesultanan Samudra Pase mengukir sejarah paling gemilang sebagai Pusat Kerajaan Islam (Daulah Islamiyyah) di Nusantara. Sejak masa kesultanan ini, Aceh telah mengadakan hubungan dengan luar negeri, seperti Malaysia, Saudi Arabia, India, Iran, Mesir, dan Turki.
            Menurut cacatan Marco polo dari Venesia Italia, berdasarkan pengamatannya ketika berkunjung ke Kesultanan Samudra pase pada tahun 1345, para Sultan Pase menaruh perhatian besar terhadap kajian Islam atau masalah-masalah keagamaan. Maka, keharmonisan antara Sultan dan Ulama benar-benar terjalin dengan baik. Di dalam istana kesultanan diadakan halaqah atau majlis pengajian, muzakarah atau diskusi keagamaan, dan Sultan ikut serta di dalamnya. Dari halaqah pengajian tersebut, lahirlah kader-kader ulama dan juru dakwah Islam yang bertebaran ke seluruh penjuru Nusantara. Merekalah yang mengislamkan Nusantara. Meskipun Kesultanan Samudera Pase telah jatuh, ia tetap menjadi Pusat Studi Islam yang eksis sampai beberapa abad lamanya.
            Untuk mengenang masa-masa kejayaan Kesultanan Samudra Pase, yang merupakan Kesultanan Islam dan cikal bakal Pusat Studi Islam di Nusantara, maka buku ini diberi judul Tafsir Pase. Dan mengidupkan kembali tradisi kajian Islam, seperti dilakukan pada masa Kesultanan tersebut, maka didirikanlah sebuah Balai (Aceh: Bale) Pengajian yang diberi nama dengan Bale Kajian Tafsir al-Quran Pase pada tanggal 21 Mei 1998.
            Buku tafsir ini adalah hasil pengelolaan dan penyempurnaan dari makalah-makalah yang dpresentasikan dalam pertemuan-pertemuan (halaqah) pengajian Bale Kajian Tafsir al-Quran, Masyarakat Pase, Kompleks Bappenas dan Perumahan Pondok Indah Jakarta yang diadakan secara berkala setiap bulan, dengan berpindah-pindah dari rumah ke rumah, yang sudah berlangsung selama dua tahun lebih. Para penulis naskah berasal dari berbagai disiplin ilmu, demikian pula pesertanya yang heterogen. Heterogenitas ini menjadikan pola penyampaian yang beragam pula. Dari hasil kajian dalam halaqah tersebut, dibentuklah sebuah Tim Kecil yang beranggotakan lima orang untuk mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan dan bahkan penulisan ulang, dengan penambahan materi, penentuan topic, penetapan sistematika dan penambahan rujukan, sehingga dapat disajikan ke hadapan siding pembaca yang budiman dalam bentuk buku yang diberi judul : Tafsir Pase: Kajian Surah Al-Fatihah dan Surah-surah Dalam Juz ‘Amma (Paradigma Baru); sebagai seri pertama.

Keistimewaan Tafsir Pase
Tafsir Pase ini merupakan tafsir yang unik. pada dasarnya, penafsiran itu diberikan dalam bahasa Indonesia. Namun disertai dengan bahasa daerah, yaitu bahasa Aceh, dengan bentuk puisi dan sajak. Cara ini dimaksudkan agar penafsirannya dapat menyentuh pembaca, terutama yang berasal dari daerah Istimewa Aceh.
            Keistimewaan lain dari tafsir ini adalah pemberian tema sentral pada setiap surah. Sebagai contoh: surah Al-Fatihah ( Esensi Al-Quran), surah An-Nas (Penangkal Kejahatan), surah Al-Falaq (Permohonan Perlindungan), surah Al-Ikhlas ( Monotheisme Murni), dan surah Al-Lahab ( Akibat Menentang Kebenaran). Kemudian pada setiap penggalan ayat diberikan topik tertentu sesuai dengan muatan pesan dalam ayat-ayat tersebut.

Tafsir Pase: Paradigma Baru
            Tafsir Pase (e dibaca seperti bunyi elok) memiliki beberapa keunikan, antara lain: tafsir ini dalam pembahasannya memadukan unsure-unsur Qurani dengan nuansa cultural. Hal ini dapat dilihat pada sistematika dan penerjemahan ayat-ayat yang memadukan bahasa aslinya dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa daerah yang ditampilkan pun sangat unik, yaitu bahasa yang bersajak dalam bahasa Acah atau disebut juga dengan nazham Aceh. Unsur kedaerahan ini sengaja ditampilkan unutk memperkaya khazanah  pemahaman al-Quran dan sekaligus mengakrabkan pembaca kepada bahasa ibunya, terutama mereka yang berasal dari Daerah Aceh. Di samping itu, pembahasa dan uraian ayat demi ayat disajikan dengan bahasa Indonesia agar dapat dipahami oleh semua pihak. Jadi, nilai seni dan sastra yang terkandung baik dalam bahasa asli al-Quran maupun bahasa menyentuh perasaan begitu ia membaca, memahami, dan menghayatinya. Dalam hal ini, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa satu-satunya terjemahan dalam bentuk nazham (bersajak) adalah dalam bahasa Aceh. Memang, dalam berbagai bahasa di dunia al-Quran sudah dialihbahasakan, tetapi tidak ada satu pun yang diterjemahkan ke dalam bentuk nazham secara bersajak. Atas pertimbangan inilah, penyusun memasukkan tarjamah dalam nazham Aceh ke dalam Tafsir Pase ini.
            Aspek lain yang paling penting dalam tafsir ini ialah penyusunan surah-surah dalam juz ‘amma (juz ke-30) tidak dimulai dari surah yang panjang kepada yang pendek, sebagaimana lazimnya kitab-kitab tafsir, tetapi sebaliknya, dari yang pendek kepada yang panjang. Hal ini didasarkan pada pengalaman peserta halaqah pengajian al-Quran Pase yang cenderung mengkaji surah-surah pendek, karena lebih mudah untuk memahaminya, sebelum membahas surah-surah panjang. Namun, seperti kebanyakan pengkaji al-Quran cendrung memahami surah al-Fatihah, karena dianggap pembuka al-Quran dan sekaligus biasa dibaca dalam shalat terlebih dahulu, sebelum berpindah kepada surah-surah lain. Atas pertimbangan inilah, tafsir ini diawali dengan surah al-Fatihah secara utuh. Surah ini disajikan dalam tafsir ini mengingat makna yang dikandungnya demikian sarat dan padat; selain selalu dibaca dalam shalat oleh setiap mushalli (orang yang melakukan shalat. Dan dengan sendirinya pemahaman dan penghayatan terhadap surah ini merupakan suatu keharusan. Kemudian, disusul dengan surah-surah dalam juz ‘amma yang dimulai dari surah an-Nas dan diakhiri dengan surah an-Naba’.
Metode Penafsiran
Dalam membahas ayat-ayat, penyusunan menggunakan metode kombinasi tahlili-maudhu’i. Tentu saja kombinasi dua metode ini tidak sepenuhnya dapat diterapkan secara utuh dan akurat. Hal ini disebabkan pembahasan yang sangat panjang selain keterbatasan ruang dan waktu. Namun, prinsip-prinsip dasar kedua metode ini tetap tak terabaikan. Misalnya dalam membahas ayat-ayat penyusun memperhatikan urutan atau susunan ayat dan surah, asbabun nuzul, dan mengutip sebagian pendapat ulama yang dianggap relevan di samping kebanyakan percikan pemikiran penyusun sendiri. Pada sisi lain, dalam membahas ayat-ayat penyusun memuat ayat-ayat yang ada korelasinya dengan tema atau topic dari setiap penggalan ayat. Dengan demikian, setiap penggalan ayat dapat dipahami maknanya ketika membaca ayat-ayat lain yang ada relevansinya.
            Untuk memudahkan pembahasan, penyusun membuat satu pola atau acuan penafsiran dengan sistematika: penyajian teks ayat setiap surah secara utuh; tarjamah dalam bahasa Indonesia dan nazham Aceh, ikhtisar kandungan setiap surah, asbabun nuzul ayat, topik pada setiap penggalan ayat, teks setiap penggalan ayat, tafsir setiap penggalan ayat, munasabah ayat, dan mau’izhah.
            Sebelum dibahas setiap penggalan ayat, terlebih dahulu disajikan teks ayat setiap surah secara lengkap berikut terjemahannya dalam bahasa Indonesia; dan dimuat pula terjemahan dalam nazham Aceh. Terjemahan terjemahan terakhir ini sebagai pelengkap, tidak dilihat pada pengulangan terjemahan, yang pertama dalam bahasa Indonesia dan yang terakhir dalam bahasa daerah, tetapi lebih kepada pengenalan dan penghargaan terhadap nilai seni yang indah secara bersajak.

Sunday, June 10, 2012

still waiting 4 dat time...


 

 Saat ini aku hanya terbayang Malysia, trbayang2 orang2 yg aku cintai dgn sesungguh hati..yakni my big family..so miss them...sudh brbulan2 menahan rindu yg trbuku di dada.... xsabr rasanya nk balik..brsama2 mnyambut ramadhan yg akn tiba..rndu utk mnziarahi kubur arwah baba, arwah abg... aku sebnrnya xsabr nk habiskn study aku kt bumi Aceh ni..dulu aku bgitu xcited nk dtg cni... dan rasa dh xnk blik mlysia lg disebbkan pristiwa2 yg prnah mnghancur luluhkan hatiku..dan skrang, aku dh lupakn semua... skrang aku rasa nk blik n xnk dtg sini lg..aku brharp sgt masa cept brlalu..aku xnk lg brdepn dgn org2 yg xign aku jumpe..aku xnk brdepn lg dgn org2 yg mmbuat hati aku haru biru... kalaupn dlm mimpi aku xign jumpe, apath lg utk brsua di alm realiti...berdepn dgn org2 'ini' mmbuat hidup ini trasa sukar utk brnafas... bukn aku brmksud mmbenci sesiapa, dan bukn itu bukn aku mmbenci sesiapa saja krna aku xbrhak utk mlakukan itu..cuma mreka2 ini adalh org yg xingin aku brdepan...dan klu boley aku nk lari dr brtemu dgn 'org2' ini yg sntiasa mnyesakkan jiwaku... salh satu dr mreka itu mmbuatkn hatiku trusik, mnggugat jiwa yg slama ini keras sperti batu..nmun syukurlah shingga kini aku masih bisa memagari, mnahan dan mnolak prasaan yg 'x enak' dan x seharusnya ada..mereka2 inilah yg seandainya bisa ku ingin lari jauh dan biarlh hnya memori yg tdklah trlalu indh utk aku kenng... aku xsbr utk mnnti saat2 utk aku tidk prlu lg brtentang dan brdepan dgn mereka... satu saat aku ign prgi jauh dr tempt yg tiada seorng pn mngenaliku..jauh dr manusia2 yg xsanggup utk aku hadapi.. aku ign sndiri mnyelami hati...

Friday, June 1, 2012

Sedikit ringkasan dari buku Transformasi Kesempurnaan Manusia (Teori Nur Muhammad & Pembentukan Akhlaq Manusia) Created by Damanhuri Basyir

ILMU AKHLAK
AKHLAQUL MAHMUDAH (Terpuji)
Al- alhlaqul mahmudah adalah sifat- sifat terpuji, dan sifat- sifat ini merupakan keterlakuan ang seharusnya diamalkan dan dilaksanakan oleh kehidupan sehari- hari. Sifat  sifat ini di sebut juga dengan sifat kesuksesan dan sifat membangun terhadap diri pribadi yang melaksanakannya, dan dengan mengamalkan sifat- sifat yang dimaksud akan mendapat posisi yang mulia baik pada sisi Allah maupun pada sisi manusia. Adapun sifat- sifat dimaksud adalah sebagai berikut:
1)      Jujur, dapat dipercaya (al-Amaanah)
Seorang mukmin hendaklahnya berlaku amanat, jujur dalam segala anugerah Allah SWT kepada dirinya, menjaga anggota lahir dan anggota bathin dan segala maksiat, serta mengerjakan perintah- perintah Allah SWT secara komplet dan permanent, dimana pada akhirnya kawan dan lawan akan menghargai serta menaruh respect dan symparthie yang baik.

2)      Disenangi (al-Aliefah)
Hidup dalam masyarakat yang heterogen memang tiada mudah, sebab anggota- anggota masyarakat terdiri dari bermacam- macam sifat, watak. Kebiasaan dan kegemaran, yang satu berbeda dengan yang lain. Orang yang bijaksana tentulah dapat menyelami anasir yang hidup ditengah masyarakat, menaruh perhatian kepada segenap situasi dan senantiasa mengikuti setiap fakta dan keadaan yang penuh dengan aneka percobaan. Pandai mendudukkan sesuatu  pada proposri, yang sebenarnya bijaksana dalam sikap, perkataan dan perbuatan, niscaya pribadi akan disenangi oleh anggota masyarakat dalam kehidupan dan pergaulan sehari- hari.

3)      Pemaaf  (al-‘Afwu)
Manusia tiada sunyi dan khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu terhadap dirimu yang mungkin karena khilaf atau salah, maka patutlah dipakai sifat lemah- lembut sebagai rahmat Allah SWT padamu terhadapnya, maafkanlah kekhilafan atau kesalahannya, janganlah berdendam serta mohonkanlah ampun kepada Allah SWT untuknya,semoga ia surut dari langkahnya yang salah, lalu berlaku baik di masa depan sampai akhir hayatnya.


4)      Manis muka (aniesatun)
Menghadapi sikap orang yang menjemukan engkau, mendengar berita fitnah yang memburukkan nama baikmu, sambutlah semuanya itu dengan manis muka, senyum kata orang. Orang- orang pandai lagi bijaksana memakai sikap ini dan banyak kali terjadi di dunia diplomasi orang memperoleh sukses dan mencapai kemenangan, hanya dengan keep smilling diplomatik di meja perundingan. Dengan muka yang manis, dengan senyum menghias bibir, lawanmu akan jauh tersungkur mengaku kalah dan engkau akan selalu digemari orang.

5)      Kebaikan (al-Khairu)
Betapa banyakknya ayat Al- Quran menyebutkan apa yang dinamakan baik,”cukuplah itu sebagai pedoman ditambah lagi dengan penjelasan Rasulullah SAW. Tiada patut menyuruh orang lainsaja berbuat baik, sedangkan diri sendiri enggan mengerjakannya, dan itu mulailah dengan  dirimu sendiri berbuat baik. Tidak saja kita disuruh berbuat baik terhadap sesame manusia, tapi juga terhadap hewan kita pun hendaknya berbuat baik, sebab setiap kebaikan walaupun kecil sekali, namun Allah SWT akan membalasnya juga kelak diakhirat, demikian janji-Nya.

6)      Tekun sambil menundukkan diri (al-Khusyuu’)
Khusyuu’ adalah dalam perkataan, maksudnya dalam ibadat yang berpola perkataan, dibaca khusus kepada Allah Rabbul Alamin dengan tekun sambil menundukkan diri, terbitnya khusyuu’ dan dalam hati. Beribadat dengan merendahkan diri, menundukkan hati, tekun dan tetap, senantiasa bertasbih, bertahmid, bertahlil memuja asmaa Tuhan, menundukkan hati kepada-Nya, khusyuu’ dikala sembahyang, memelihara penglihatan, menjaga kehormatan, jangan berjalan dimuka bumi Allah ini dengan sombong berbicara.


7)      Menghormati tamu (adh-Dhiyaafah)
Rasulullah SAW dalam satu sabda beliau menyebutkan: “ Barang siapa yang percaya kepada Allah SWT hari akhirat, hendaklah ia menghormati tamunya, barang siapa yang percaya kepada Allah SWT dan hari akhirat, hendaklah ia menyambung silaturahmi, barang siapa percaya Allah SWT dan hari akhirat, ia akan berkata benar atau hendaklah diam sahaja. Tamu ialah orang yang dating ke rumah kita, baik datangnya dan jauh ataupun dekat. Dengan bertamu, bertambah rapatlah rasa persaudaraan, orang yang ingin menyambung silaturahmi, hendaklah disambut dengan gembira. Menghormati tamu adalah suatu cirri orang yang benar- benar beriman kepada Allah SWT. Termasuk dalam arti menghormati tamu ialah menyediakan makanan dan minuman serta tempat tidurnya jika ia bermalam di rumah kita selama tiga hari tiga malam.

8)      Suka memberi maaf (al-gufran) sama dengan (al-Afwu)
Perasaan rasa tidak merasa enak orang lain membebani kesalahan terhadap dirinya, karena ia selalu berusaha agar orang lain tidak terbeban mentalnya karena sikapnya yang tidak mau member maaf itu.

9)      Malu kalau diri tercela (al-hayaa-u)
Orang yang memiliki sifat ini, semua anggotanya dan gerak- gerinya akan senantiasa terjaga dari hawa nafsu, karena setiap kali ia akan melakukan perbuatan rendah, ia tertegun, tertahan dan akhirnya tiada jadi, karena desakan malunya, takut mendapat nama yang buruk, takut menerima siksaan Allah SWT di akhirat.

10)   Menahan diri dan berlaku makshiat (al-hilmu)
Kelambatan melekatnya pengertian dalam kabu atau ilmu pengetahuan hanya sekadar ilmu pengetahuan saja dan tidak segera mengerjakan amal, ini disebabkan perbuatan maksiat yang dikerjakan, karena maksiat adalah penghalang segala kebaikan. Tuhan tidak menganugerahkan nur kepada orang yang melakukan maksiat. Manusia dijadikan indah susunan anggota lainnya, kesempurnaan lahir itu hendaklah diikuti pula dengan kebersihan bathin, diantaranya menahan dan tidak berbuat maksiat, baik maksiat dhahir maupun maksiat bathin agar kesucian diri tetap terpelihara.
11)   Menghukum secara adil (al-hukmu bil adh)
Adil dalam setiap sikap artinya memberikan hak kepada yang mempunyainya, adil terhadap sesama manusia dalam perkataan atau perbuatan. Menegakkan keadilan harus tegas, berani, teguh dan konsekuen menjalankan kebenaran karena Allah SWT semata- mata.

12)   Menganggap bersaudara (al-ikhaa-u)
Setiap mukmin adalah bersaudara, karena itu perbaikilah relasi antara saudaramu, demikian tegas Al- Quran menyatakan persaudaraan Islam, tidaklah terikat oleh kebangsaan nasionalitas, tetapi lebih luas lagi ia merupakan keseluruhan di muka bumi, siapa yang beriman adalah bersaudara bagi yang lain, walupun berlainan suku, bangsa, atau rasa sekalipun. Perlainan suku, bangsa, inklusiva ras dan jenis kelamin, gunanya akan mengenal antara satu sama lain, tak ada yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, tetapi yang mulia dalam pandangan Allah SWT hanyalah mereka yang bertaqwa.

13)   Berbuat baik (al- ihsaan)
Ihsan ialah berbuat baik dalam ketaatan terhadap Allah SWT baik dari segi jumlah perbuatan, seperti mengerjakan yang sunat misalnya memperbanyak sebahyang sunat, atau dari segi kaifiat perbuatan yaitu menyembah Allah SWT. Sembahlah Allah seolah- olah engkau melihat Dia, apabila tak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwasanya Dia melihat engkau.

14)   Memelihara kesucian diri (al- ifafaah)
Menjaga diri dari tuhmah (tuduhan) juga menjaga diri dari berbuat dosa atau fitnah, jelaslah menjaga kehormatan hendaklah dilakukan ditiap waktu, jangan menurutkan panggilan nafsu, sedang dikuasai nafsu. Jangan mendekati hal- hal yang dapat mendorong diri untuk berbuat perkara yang tidak baik.

15)   Berbudi tinggi (al-Muruaah)
Sifat muruaah artinya berbudi tinggi, kesatria dalam membela yang benar, malu dan tidak puas bila maksud tidak tercapai, azam belum berhasil, padahal pekerjaan dan tujuan itu benar dan mulia sebagai suatu kewajiban dari Allah SWT.

16)   Bersih (an- Nadhaafah)
Bersih berarti menggunakan nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT. Jadi anggota badan yang lahir hendaklah dibersihkan dan dipelihara dari kotoran, juga hendaknya digunakan dengan sewajarnya artinya tiada melanggar batas- batas agama.

17)   Belas kasih (ar-Rahmah)
Manusia hendaklah mempunyai belas kasih terhadap yang lemah, yang kecil, yang fakir, yang miskin. Yang tua dihormati yang muda disayangi. Dengan demikian terjagalah hubungan yang erat yang saling bantu membantu, terhadap kerukunan dan kebahagiaan hidup antara satu terhadap ang lain.

18)   Pemurah (as-Sakhaa-u)
Pemurah ialah memberikan harta sebagai tambahan dari yang wajib dan ini adalah sifat yang baik, perangai yang terpuji. Ia berikan sesuatu kepada orang yang menghajatkan tanpa mengharapkan balasan kembali. Orang pemurah dikagumi, disenangi orang dan menimbulkan sympathie serta pengaruh dari masyarakat, pengaruh yang datangnya dari sebab sifat pemurah, sukar sekali orang menentangnya.


19)   Kesentosaan (as-Salaam)
Kesentosaan dikatakan kepada orang yang berjiwa tenang, tenteram dan damai dan ini hanya dapat diperoleh apabila kita menunaikan segala sesuatu dengan baik dan mengambil sikap secara tepat dalam setiap problema yang dihadapi.

20)   Beramal shalih (ash-Shaalihaat)
Hendaklah manusia insaf bahwa ia adalah hamba yang hina, bahwa Tuhannya adalah Qawiyyun Aziez, juga hendaknya manusia ingat akan semua kebaikan- kebaikan Allah SWT yang dianugerahkan-Nya kepada dirinya dalam setiap keadaan, dengan demikian ia tidak akan mengingkari nikmat-Nya. Haruslah mereka ingat kepada mati, bahwa dihadapannya nanti ada salahsatu antara dua tempat yaitu nsyurga dan neraka, karena ingatannya kepada soal ini, niscaya menimbulkan amal amal yang salih yang dikerjakannya.

21)   Sabar (ash-Shabru)
Sabar didalam beribadat tiga stadia,yaitu:
Stadia pertama: sabar sebelum beribadat yaitu niat yang benar, ikhlas, tidak ingin dipuji orang.
Stadia kedua: sabar ketika beramal, yaitu tidak lupa kepada Allah SWT, komplet adab dan kaifiatnya sejak awal sampai akhir.
Stadia ketiga: sabar sesudah selesai beramal, yaitu tidak riya, tidak ingin dipuji, menjauhi degala sesuatu yang akan menghapus amal.
22)   Benar = jujur (ash-Shidkah)
Benar atau jujur adalah alat mencapai keselamatan, keberuntungan, kebahagiaan. Dengan jujur orang akan memperoleh popularitas, selalu dipercaya, dijadikan teladan bagi yang lain, banyak teman dan sahabat, perintahnya selalu dituruti orang dan segala perkataannya senantiasa diia-kan orang. Semua orang akan senang dan puas brhadapan dan bergaul dengan orang yang jujur, sebab mereka tidak khawatir akan terkicuh dan terpedaya.

23)   Berani (asy-Syaja’ah)
Berani adalah keteguhan hati dalam membela dan mempertahankan yang benar, tidak mundur, tidak aku cela, tidak maju karena dipuji jika ia salah ia terus terang dan tiada malu mengakui kesalahan, ia berani membanteras yang bathil karena pedomannya.

24)   Bertolong- tolongan (at-Ta’awanu)
Bertolong- tolongan adalah cirri kehalusan budi. Kesucian jiwa, ketinggian akhlak dan membuahkan cinta antara teman, penuh solidaritas dari menggugat persahabatan dan persaudaraan. Bertolong- tolongan hendaklah dalam batas mengerjakan yang baik, mencari kebajikan dan jangan memberikan pertolongan dalam hal perbuatan dosa.

25)   Merendahkan diri kepada Allah SWT (at-Tadharru’)
Beribadat, berdoa atau bermohon kepada Allah SWT hendaklah merendah diri kepadanya dan dengan sepenuh hati mengucapkan tasbih (subhanallah), takbir (Allahu Akbar), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (lailahaillallah) memuja asmaa Allah lebih- lebih ;agi tadharru’ dikala sujud.

26)   Merendahkan diri depan manusia (at-Tawadhu’)
Tawadhu’ lawannya takabur adalah memelihara pergaulan dan hubungan sesama manusia  tanpa perasaan, kelebihan diri dari orang lain serta tidak merendahkan orang lain. Maksudnya memberikan setiap hak pada yang mempunyainya, tidak meninggikan diri dari derajat yang sewajarnya, tidak menurunkan pandangan terhadap orang lain dan tingkatnya dimana tawadhu’ menyebabkan diri memperoleh ketinggian dan kemuliaan.

27)   Merasa cukup dengan apa yang ada (Qanaah)
Yang dikatakan kaya adalah kaya jiwa, bukanlah kaya harta tetapi yang dikatakan qanaah adalah qanaah hati. Qanaah mengandung enam unsur yaitu:
1)      Berusaha sekuat daya.
2)      Ridha menerima apa dayanya.
3)      Sabar menerima ketentuan Allah SWT.
4)      Tawakal kepada Allah SWT.
5)      Memohon tambahan yang pantas kepada Allah SWT.
6)      Tipu dunia tidak akan mampu mempengaruhinya.

28)   Berjiwa kuat (Izzatun Nafsi)
Dengan jiwa yang kuat, manusia akan memperoleh kehormatan dan kemuliaan didunia dan akhirat karena ia bekerja mengenal kapasitas dirinya dan orang yang mengenal kapasitas dirinya dilimpahi rahmat Allah SWT. Izzatun nafsi membuahkan kebajikan, sabar, tekun, ulet, tidak berputus asa, tidak bersikap apathies, dihormati manusia, dianugerahi Allah SWT kebaikan.

AL-AKHLAQUL MAZMUMAH (tercela)
            Sifat-sifat berikut adalah sifat-sifat yang harus dijauhi oleh seseorang dalam hidupnya sehari-hari. Sifat-sifat ini disebut juga dengan sifat-sifat yang membinasakan (al-muhlikat), karena sifat-sifat ini dapat membinasakan pahala amal ibadah yang telah dilakukan seseorang. Sifat-sifat yang dimaksudakn adalah:
1.      Egoistis (Anaaniyah)
Manusia hidup tidaklah menyendiri tetapi berada ditengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia yakin jika hasil perbuatannya baik masyarakat akan turut mengecap hasilnya tetapi jika akibat perbuatannya buruk masyarakat pun akan menderita.
2.      Lacur (al-Baghyu)
Pelacur dikutuk oleh masyarakat, baik laki-laki ataupun wanita. Ada wanita yang beralasan karena desakan ekonomi atau karena patah hati, ada laki-laki yang beralasan mencari kesenangan hidup, tetapi yang jelas adalah karena iman yang dangkal. Kegemaran ini menimbulkan mudarat yang tiada terhingga. Memperoleh penyakit atau mendapat keturunan yang berpenyakit atau sama sekali tiada memperoleh keturunan.
3.      Kikir (al-Bukhlu)
Bakhir, kedekut, kikir adalah mempersempit pergaulan, sukar malah enggan dia memberikan sebagian miliknya kepada orang lain, maunya apa yang dimilikinya seddikitpun jangan hendaknya sampai berkurang. Erma-terma sedekah, infaaq, hadiah adalah merupakan halilintar bagi telinganya, musuhnya yang prima, yang nomor wahid, istilah-istilah itu tak pernah dijumpai dalam kamus hidupnya sehari-hari.
4.      Berdusta (al-Buhtaan)
Maksudnya adalah mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dengan maksud untuk menjelekkan orang. Orang seperti ini setiap perkataannya tidak akan dipercayai orang, di dunia ia akan memperoleh derita dan di akhirat ia akan menerima siksa. Menghadapi orang yang bersifat demikian, apabila ia membawa berita, hendaklah berhati-hati jangan mudah diperdayakannya, sebab membuat fitnah, berdusta, sudah memang hobinya.
5.      Peminum Khamar (al-Khamru)
Khamar diharamkan meminumnya sebab mengakibatkan mabuk, dimana orang dikala mabuk hilanglah pertimbangan akalnya yang sehat, sedangkan akal adalah kemudi diri dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar, dan yang salah. Kehilangan pertimbangan akal menyebabkan orang lupa kepada Tuhan, lupa kepada agama, sedangkan agama adalah akal tiada beragama bagi orang yang tiada berakal, lalu setelah hilang sifat malunya, ia berkata berlaku tidak wajar, sedangkan akal menempatkkan manusia derajat yang lebih tinggi dari hewan.


6.      Khianat (al-Khianat)
Mungkin karena tindakannya yang licin, sifat khianat untuk sementara waktu tiaa diketahui manusia, tetapi Allah Maha Mengetahui. Ia tiada segan bersumpah palsu untuk memperkuat dan membenarkan keterangannya bila ia tertuduh, karena ia tiada mempunyai rasa tanggung jawab, sebab dikiranya dia akan memperoleh keuntungan dan tindakannya yang tidak jujur itu, senang mengorbankan teman, menjadi musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan, menokok kawan kiering, membahayakan keselamatan umum.
7. Aniaya (az-Dzulum)
Aniaya ialah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, atau mengurangi hak yang seharusnya diberikan. Penganiayaan si kuat terhadap si lemah memutuskan ikatan peraudaraan antara manusia, itulah sebabnya agama melarangnya. Karena manusia selalu mempunyai kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu harus tolong-menolong dalam kehidupan masing-masing dan tidak boleh menganiaya.
8. Pengecut (al-Jubun)
Sifat pengecut hina sekali, sebab tiada berani mencoba belum mulai sudah ragu, keragu-raguan sebelum memulai sesuatu itu berarti suatu kekalahan, karena tiada mampu berusaha dan takut berjuang di arena hidup. Orang yang berani ia mati, mati mulia, hidup berbahagia, karena banyak kesukaran hidup menjadi mudah karena keberanian bertindak, sedangkan banyak hal yang mudah menjadi sulit karena pengecut berusaha.

9. Dosa Besar (al-Fawaahisy)
Termasuk dosa besar anatara lain adalah syirik, sihir, membunuh orang, memakan riba, memakan harta anak yatim, disertuer, menuduh wanita mukminah berbuat keji, berzina dengan isteri tetangga. Menghampiri dosa-dosa besar-kejahatan- telah dilarang apatahlagi mengerjakannya. Semua ini dilarang untuk menjaga kebaikan dan ketenteraman diri, jiwa, perasaan sendiri dan hukuman dunia dan siksa di akhirat kelak.
10. Pemarah (al-Ghadhab)
Marah mengakibatkan kemudaratan bagi orang yang dimarahi, orang yang kuat bukanlah yang kuat bergulat tetapi yang sebenarnya kuat adalah yang dapat menahan dirinya dari marah.
Orang yang marah ada empat macam. Yaitu:
1.      Lekas marah, lekas pula hilangnya
2.      Lambat marah, lambat pula hilangnya
3.      Lekas marah, lambat hilangnya
4.      Lambat marah, lekas hilangnya
Yang keempat inilah marah yang baik, yang terpuji.
11. Mengicuh = menipu sukatan (al-Ghasysyu)
Mengicuh atau menipu yang dimaksudkan adalah orang yang apabila menerima sukatan dan orang lain dimintanya dengan cukup, tetapi apabila menyukat atau menimbang untuk orang lain ia kurangi sukatan itu. Atau kalau menjual barang, tiada terus terang menyatakan kepada pembeli barangnya, cacat yang terdapat pada barang jualannya. Pekerjaan ini haram dan durhaka namanya, orang yang durhaka tempatnya di neraka.
12. Mengumpat (al-Ghiebah)
Mengumpat adalah menyebut atau memperkatakan seseorang dengan apa yang dibencinya, antara lain disebabkan karena dengki, mencari muka, berolok-olok, mengadaka-adakan, dengan maksud ingin mengurangi respect orang terhadap yang diumpat. Mengatakan sesuatu yang tidak kita setujui mengenai kelakuan seseorang, sebaiknya secara berhadapan muka dengan nasehat dan kata-kata yang baik. Jadi, janganlah sebab ini hanyalah menanam benih permusuhan belaka serta mengurangi relasi yang baik.
13. Merasa tidak perlu pada yang lain (al-Ghinaa)
Orang yang merasa cukup pada apa yang dimilikinya, ia kaya, ia mulia, ia pandai, tidak merasa perlu pada yang lain adalah suatu sifat yang tercela, karena ini namanya bangga dan menganggap rendah pada orang lain, sedangkan sebenarnya ia memncil diri dari pergaulan. Padahal setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing, tak ada orang yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara komplet, karena itu hormatlah setiap orang dengan keahliannya, engkau hormati orang, orangpun akan menghormatimu, engkau sayangi orang, orangpun akan menyayangmu, engkau muliakan orang, orangpun akan muliaknmu.
14. Memperdayakan (al-Ghuruur)
Memperrdayakan orang atau mengelabui mata orang lain dan apa yang dikerjakannya, atau juga terpedaya, misalnya diperdayakan oleh ilmu, semata-mata hanya mencari ilmu karena itulah yang baik katanya, padahal ilmu itu dicari gunanya untuk diamalkan.
            Keaiban yang timbul dan sifat ini adalah takabbur yang membutakan mata hati dengan kedhaliman yang jahat, sebab hatinya gelap, maka ia menurutkan hawa nafsunya dan pemimpinnya adalah syaitan serta menyebabkan tertolak dari syurga.
15. Kehidupan Dunia (al-Hayaatuddunyaa)
Maksudnya memupuk cinta kepada selain Allah seperti mencintai nama dan popularitas guna membesarkan diri, mencintai harta atau segala sesuatu sehingga lupa beribadat. Padahal hidup di dunia hanyalah sebentar dan merupakan kebun untuk tempat menanam benih amal di mana akan dipetik hasilnya diakhirat kelak. Dunialah mempedayakan orang sampai melupakan tugas pokoknya untuk beribadat menyembah Allah SWT dan janganlah terpengaruh oleh kesenangan dunia, sebab salahlah orang yang menganggap bahwa dunia ini tempat bermain dan bersenang diri, ketahuilah bahwa dunia ini tidak lebih hanya fatamorgana belaka.
16. Dengki (al-Hasad)
Dengki ialah membenci nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar nikmat orang lain itu terhapus. Maka tidaklah berguna amal baik orang yang dengki, sebab dengki merusakkan amal kebaikan, sama halnya seperti api memakan kayu. Biarkan nikmat yang diperoleh orang itu berada padanya, engkaupun kalau ingin seperti itu pula hendaklah berusaha sekuat tenaga. Sebenarnya dengki itu menyiksa si pemulik sifat itu sendiri karena ia seperti api yang membakar dadanya dan sebelum maksudnya tercapai, ia lebih dahulu telah membinasakan dirinya, yaitu : berlarut-larut menderita duka, mengalami kecelakaan yang tak dapat ditolong, mendapat celaan dari kiri dan kanan, menanam benih permusuhan, memperoleh amarah Tuhan, tertutup pintu hidayah dan taufiq untuknya.
17. Dendam (al-Hiqdu)
Haqad adalah dengki yang telah mengakibatkan permusuhan, kebencian, memutuskan silaturrahim karena tidak segan-segan lagi membukakan rahasia orang. Mungkin pula sifat ini timbul dari sikapnya yang tidak memaafkan kesalahan orang terhadap dirinya, lalu ia mendendam orang, padahal mungkin kesalahan terhadapnya itu tiadalah dengan sengaja. Sifat ini buruk lagi tercela dan besar dosanya, adanya pada jasad seperti adanya najis pada kain sehingga tidak ada tempat yang pantas baginya selain daripada neraka.
18. Berbuat Kerusakan (al-Ifsaad)
Orang yang berbuat kerusakan, jiwanya seperti jiwa serigala, yaitu selalu berusaha bagaimana caranya menganiaya orang lain, yang difikirkannya bagaimana caranya merusakkan orang lain. Atau juga sama seperti jiwa tikus, yaitu tidak dengan moncong, mulutnya, dengan ekornya dia mencuri, selain itu kerjanya hanya merusak saja, tiada peduli dia apakah kasur yang baru dibeli, namun kasur itu digigitnya juga, walaupun manfaat dari gigitannya toada diperolehnya. Ia senang mengadu dombakan orang, menghasut dan melancarkan fitnah, membuat fluister champagne untuk merusakkan orang lain, membuat bencana, maka orang seperti itu tidak dapat dipercayai dan harus dijauhi.
19. Menjerumuskan Diri = membunuh diri (al-Intihaar)
Banyak hal-hal yang akan menjerumuskan diri ke lembah kehinaan dan dosa, seperti mengikuti hawa nafsu yang dibisikkan syaitan, dendam kesumat, mengambil tanggungjawab diluar batas kemampuan dan kapsitas diri sendiri, bekerja riya’ ingin dirinya ke derajat, kemuliaan, padahal sebenarnya ia telah menjerumuskan dirinya sendiri, sebab puji yang diharap malah cela yang tiba. Orang mencari rezki di dunia ini dapat dibagi tiga macam, yaitu:
1.      Mencari rezki sebanyak-banyaknya, baik dari yang haram ataupun yang halal
2.      Mencari rezki sebanyak-banyaknya dari yang halal saja
3.      Mencari rezki sekadar perlu dari yang halal saja
Yang kedua dan yang ketiga adalah baik, tetapi yang kesatu adalah buruk dan termasuk dalam kategori menjerumuskan diri. Intihaar berarti juga membunuh diri dan biasanya karena putus asa menghadapi hidup yang berarti tidak redha menerima ketentuan Tuhan, tidak sanggup mengatasi persoalan lalu mengambil langkah dengan jalan mengakhiri riwayat hidupnya di dunia ini.
20. Berlebih-lebihan (al-Istiktsaar)
Maksudnya menyia-nyiakan sesuatu tanpa manfaat melebihi batas di setiap perbuatan, misalnya menyia-nyiakan harta, ini dilarang oleh agama dan merupakan penyakit hati, mengeluarkan harta tanpa faedah, umpama makan dan minum dikala belum lapar dan belum haus atau makan minum yang berlebih-lebihan, berpakaian yang terlalu menyolok secara keterlaluan. Karena itu, makan, minum, berpakaian hendaklah sekedar cukup saja, jangan berlebih-lebihan, sifat ini timbul pada mereka yang bodoh karena tak pandai mengatur, padahal masih banyak keperluan-keperluan urgent yang lebih patut dan ini kebanyakan terjadi dikalangan para hartawan.
21. Takabbur (al-Istikbaat)
Takabbur ialah membesarkan diri, menganggap dirinya lebih dari orang lain. Takabbur dhahir ialah perbuatan-perbuatan yang dapat terlihat dilakukan oelh anggota, sedangkan takabbur batin ialah sifat di dalam jiwanya yang tidak terlihat dan ini dinamakan kikir. Orang yang terlalu menghormati dirinya mengakibatkan takabbur, tetapi yang baik hormatilah dirimudan hormatilah pula orang lain. Akhlak-akhlak yang terpuji adalah merupakan seseorang dengan surga, karena takabbur berarti tidak mencintai saudaranya yang mukmin seperti ia mencintai dirinya dari jauh dan sifat tawadhu’ sebagai puncak akhlak orang yang taqwa, tak sanggup meninggalkan hasad dan menjauhi sifat pemarah.
22. Dusta (al-Kizbu)
Orang yang berdusta menunjukkan kelamahan dirinya dan dusta adalah satu dan pada tanda munafiq. Apabila seseorang dikenal sebagai pendusta, maka seorangpun tidak akan mempercayai perkataannya walaupun ia berkata benar. Jadi, dusta ialah memberitakan sesuatu yang berlainan dengan kejadian yang sebenarnya.


23. Mengingkari nikmat (al-Kufraan)
Tiada dapat dihitung oleh manusia nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, ia lahir cukup disambut dengan kasih saying kedua oaring tuanya, kaum kerabat, handai taulan, lalu makan, minum, melihat, mendengar, merasa, berjalan, meraba, menghirup udara, diberi lagi akal, ilmu dan banyak yang lain. Semuanya itu adalah amanat dan nikmat Allah dan wajib dipakai secara tepat dan digunakan untuk berbuat baik, baikpun terhadap Khaaliq ataupun terhadap makhluk.
            Menyalahgunakan semuanya ini, berarti berbuat dosa dan maksiat, tak pandai mensyukuri nikmat. Allah SWT menjelaskan di dalam al-Quran bahwa kepada orang yang syukur nikmat akan ditambah Allah dengan nikmat-nikmat yang lain, tetapi apabila kufur nikamat Allah, Allah akan menurunkan azabNya yang amat pedih sekali, dus kufur nikmat adalah mempercepatkan turunnya azab dari Tuhan.
24. Homo Sexual (al-Liwaathah)
Homo sexual adalah suatu perbuatan mesum, keji, dan terkutuk seperti apa yang pernah dilakukan oleh kaum Luth ‘alaihissalam, yaitu laki-laki mengambil laki-laki sebagai teman hidup dan pelepas nafsu, dimana hal ini bertentangan dengan keadaan yang wajar. Luth ‘alaihissalam berulang-ulang menasehati mereka agar mereka jangan berbuat demikian, tetapi tiada mereka indahkan, akhirnya Allah menurunkan siksa-Nya kepada mereka yang ingkar itu.
25. Penipuan (al-Makru)
Penipuan ialah usaha untuk memperoleh keuntungan secara tidak jujur dengan tipu muslihat membujuk menaruh nama palsu, tanda tangan palsu. Memperdayakan, juga dalam bidang jual beli, sewa menyewa, tukar-menukar. Semuanya ini dilarang oleh agama, sebab ini termasuk khianat atau tidak jujur yang tidak seorangpun menyukainya. Seorang muslim hendaklah terus terang dalam tindakannya, jangan penipuan adalah memperjauh diri dari masyarakat.


26. Mengadu domba (an-Namiemah)
Menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan keadaan seseorang atau mengabarkan pekerjaan seseorang kepada orang lain dengan maksud mengadu domba antara keduanya atau menjerumuskan hubungan baik antara mereka, ini dinamakan namiemah. Keadaan ini mengakibatkan timbulnya kejahatan antara orang dengan orang atau memutuskan silatulrahim antara keluarga dan sahabat, menceraikan hubungan orang dan sebenarnya hal ini berarti memperbanyak jumlah lawan. Bila didatangi seseorang dengan membawa kabar yang bertendens memburukkan orang lain. Hendaklah engkau bersikap :
1.      Tidak mempercayai kabar itu
2.      Laranglah dia dan berilah dia nasehat bahwa pekerjaan itu tidak baik
3.      Jangan engkau menyangka buruk terhadap teman yang memberitakan itu
4.      Jangan pula engkau mencontohi perbuatan seperti itu
27. Membunuh (Qatlun Nafsi)
Seorang mukmin tiadalah patut membunuh saudaranya seagama, kalau terjadi konflik selesaikanlah dengan perundingan yang baik, karena membunuh berarti memilih tempat duduk dalam neraka. Dikecualikan dalam hal ini adalah qishash sebagai hukuman bagi si pembunuh dan sudah tentu membunuh dengan sengaja dan membunuh tidak sengaja-yang cukup dapat dibuktikan –berlainan pula hukumnya.
28. Memakan Riba (ar-Ribaa)
Timbulnya karena dorongan nafsu yang ingin untung secara mudah dan cepat dengan berlipat ganda, ini berarti memakan harta orang lain dengan jalan yang tidak halal. Riba adalah suatu bentuk pemerasan serta member kemudharatan. Lapangan untuk mencari laba banak ketika dalam perdagangan, mengapa maka jalan ini harus ditempuh. Jalan yang jelas dimurkai Tuhan. Usahkan akan member sedekah, berinfak atau memberi hadiah kepada orang, malah memeras secara terang-terangan. Pekerjaan ini sebenarnya memang tiada pantas dilakukan oleh seorang muslim.

29. Mencari Muka (Riyaa’)
Riyaa’ adalah syirik kecil ibadat bukan karena Allah tetapi untuk dilihat orang. Ingin agar orang mengatakan bahwa ia ikhlas taat kepada Allah padahal sebenarnya tidaklah demikian. Dua, riyaa’ adalah berkerja dengan mengiginkan pujian orang, bukan beramal karena Allah secara ikhlas.
30. Berolok-olok (as-Sikhriyaah)
Berolok-olok ialah menghina ke’aiban atau kekurangan orang dengan mentertawakannya, dengan memperkatakannya, atau dengan meniru perbuatannya atau dengan isyarat.
Jangan menghina atau memperolok-olok orang, boleh jadi orang tersebut lebih baik dari engkau sendiri. Orang yang selalu berolok-olok adalah ia berjiwa keras, senangnya hanya mengejek perbuatan orang lain, kritikus yang tak berkompas, orang berkerja diejek, tak berkerja orang diejek, sifatnya manis, selalu merendahkan orang lain, mulutnya biasa berkata sambil mencibirkan orang.
31. Mencuri (as-Sirqah)
Mencuri ialah mengambil barang yang sama sekali atau sebahagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu. Ini karemna didorong oleh keinginan memperoleh barang tanpa berusaha lebih dahulu. Orang yang mencuri itu diebabkan sempitnya pandangan, ia hanya memandang bahawa barang curian itu menambah keuntungan diri dan keluar tapi pandangannya tidak meluas sampai memikirkan akibat yang diderita oleh orang-orang dan keluarga yang kecurian.
32. Mengikut hawa nafsu (asy-Syahwat)
Nafsu adalah daya penggerak berupa keinginan yang sesuai dengan tuntutan diri manusia. Nafsu memang besar pengaruhnya dan jangan dibunuh, hanya sayang sekali ia buta, tak kenal pematang tak kenal batas, tak pandai membedakan antara kawan dan lawan, maka itu perlu diawasi, dipimpin, dituntut oleh akal. Nafsu itu tidak hanya ada pada manusia, tapi jua ada pada hewan, hanya bedanya, nafsu pada manusia adalah nafsu yang harus dikuasai, sedangkan nafsu pada hewan adalah nafsu yang menguasainya. Bila nafsu tidak dikuasai, maka nafsu akan berkuasa dan kalau nafsu yang berkuasa, kehancuran tidak dapat dielakkan lagi, sebab dikala nafsu telah menguasai diri, automatis manusia berubah dan manusia menjadi hewan dan lenyaplah pertimbangan akal yang sehat, hilanglah pengaruh ilmu pengetahuan serta lunturlah keaslian kenyakinan.
33. Menyia-nyiakan (al-Tabdzier)
Tabdzier adalah berlebih-lebihan menggunakan harta, berarti menyia-nyiakan harta. Harta tidak boleh dipergunakan secara sia-sia, artinya harus dipergunakan secara wajar, jangan berlebih-lebihan daripada keprluan. Jado, harus mendahulukan keperluan yang primer dan pada yang hanya merupakan kesempurnaan saja. Uang tidak boleh dibelanjakan untuk hal-hal yang memudaratkan dan sama sekali tidak memberikan manfaat. Harsulah berhitung dengan teliti pemasukan dan pengeluaran dan tidak boleh mengeluarkan belanja yang melebihi pemasukan atau pendapatan.
34. Melebih-lebihkan (at-Tanaabuzu)
Nama atau gelaran hendaklah yang baik, dan si pemilik nama atau gelaran harus berusaha dengan sunguh-sungguh agar peribadinya dapat sesuai dengan nama atau gelaran yang diberikan kepadanya. Janganlah pula engkau berlebih-lebihan dalam gelaran, umpamanya kalau engkau tidak dipanggil orang dengan gelaran Raden, emgkau tidak menyahut, walaupun sebenarnya memang engkau bergelar Raden. Bahwa gelar yang paling baik dan sangat tepat bagimu adalah ‘Abdullah. Artinya hamba Allah.