Wednesday, January 25, 2012

Zuhud




 
memang xdinafikan ada dikalangan masyarakat yg belum mengerti apa itu zuhud...ini adalah sedikit pengetahuan tentang zuhud hasil dari tesis yang telah sang pena selesaikan sewaktu belajar di international Islamic College, Nilam Puri 'Zuhud Menurut Perspektif Imam al-Ghazali dan Ibnu Taimiyyah' semoga bermanfaat utk kita semua.


Maksud Zuhud

Menurut Imam al-Ghazali Zuhud adalah mengurangi keinginan kepada dunia, dan menjauh daripadanya dengan penuh kesedaran. Imam al-Ghazali menyimpulkan zuhud itu sebagai suatu keputusan untuk membanteras jiwa dari segala rupa kesenangan sambil melangkah kepada yang lebih baik, iaitu dengan meninggalkan yang tidak baik kepada yang lebih baik.
 
Tingkatan Zuhud
Ada beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang melakukannya, iaitu:
  1. Berusaha untuk hidup zuhud di dunia; sementara ia menghendaki (dunia tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke arahnya, akan tetapi ia berusaha melawan dan mencegahnya.
  2. Orang yang meninggalkan dunia dengan suka rela, kerana di matanya dunia itu rendah dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan dunia tersebut (untuk akhirat), bagaikan orang yang meninggalkan wang satu dirham untuk mendapatkan waang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu lebih besar daripada balasan dunia).
  3. Orang yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak melihat bahawa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan seseorang yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga pintu, lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga membuat anjing tersebut sibuk (dengan roti tadi), dan ia pun dapat masuk (ke istana) untuk menemui sang Raja dan mendekatinya. Anjing di sini diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/surga) Allah, yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu tersebut dalam keadaan terbuka. Meskipun roti diumpamakan sebagai dunia, maka barangsiapa meninggalkannya nescaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.
    Hal-hal Yang Mendorong untuk Hidup Zuhud
    1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat dan mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang terlihat ataupun yang tersembunyi. Ingat betapa dahsyatnya peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya terhadap dunia dan kelazatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup dengan hidup yang sederhana.
    2. Merasakan bahawa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang telah ia peroleh. sebagaimana firman Allah dalam surah (A-Takaatsur 102:6)  
                Maksudnya:
    6. (ingatlah) Demi sesungguhnya! - kamu akan melihat neraka Yang marak menjulang.
    Perasaan seperti ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.
    3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, mengorbankan tenaga dan pikiran yang sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa harus bergaul dengan orang-orang yang berperangai jahat dan buruk. Berbeza halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai ibadah; jiwa menjadi tenteram dan hati merasa sejuk, menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas jelas berbeza dan (setiap orang) tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.
    4. Merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta kenikmatannya yang menipu (manusia). Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan kesia-siaan belaka. Allah mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana dalam firman-Nya (Annazi’at, 79: 37-39)  
                Maksudnya:
    37. Maka (dapatlah masing-masing mengetahui kesudahannya); adapun orang Yang melampau (perbuatan derhakanya), 38. Serta ia mengutamakan kehidupan dunia semata-mata, 39. Maka Sesungguhnya neraka Jahanamlah tempat kediamannya.
    Dalam ayat yang lainnya Allah berfirman, (al-A’laa 87: 16-17)
                Maksudnya:
    16. (tetapi kebanyakkan kamu tidak melakukan Yang demikian), bahkan kamu utamakan kehidupan dunia; 17. Padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.
    Semua dalil-dalil, baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah, mendorong seorang yang beriman untuk tidak terlalu bergantung kepada dunia dan lebih mengharapkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.


No comments:

Post a Comment